Rabu, 15 September 2021

Sejarah Kue Ulang Tahun dan Tradisi ritual tiup lilin

Salah satu moment yang paling indah dalam sejarah hidup manusia adalah merayakan ulang tahun kelahiran. Ulang tahun yang dimaksudkan di sini adalah merayakan bersama atas bertambahnya usia seorang pribadi manusia. Moment ini biasanya sangat identik dengan kue dan lilin. Bahwasannya kue dan lilin adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan bak sepasang kekasih yang telah mengikat tali percintaan.Dalam moment ini lilin biasanya dipasang di atas kue sebelum memulai ritual sederhana. Kemudian, setelah semuanya sudah disiapkan lilin dinyalakan dan sentak menyanyikan lagu ulang tahun.Masih dalam poros waktu yang sama kue dipotong lalu dibagikan atau menyuap orang yang dirasa paling dekat. Bertolak dari hal ini, lantas muncul pertanyaan, apa sebenarnya makna di balik ritual sederhana ini? dan dari mana cikal-bakal ritual ini? Untuk menjawab dua pertanyaan ini Ulasan yang disajikan penulis di bawah ini kiranya cukup membantu kita untuk mengerti dan merefleksikan bahwa ritual sederhana saat ulang tahun itu bukan sekedar hura-hura dan demi melengkapi dan memeriahkan perayaan ulang tahun. Tetapi melampaui itu, sejatinya ritual itu memiliki latar belakang sejarah yang sarat akan makna. Pada zaman dahulu kata kue dan roti dalam bahasa inggris secara umum dapat diartikan sama, bahkan sempat tertukar pengertiannya. Perbedaannya adalah kue mempunyai rasa yang manis sedangkan roti kurang manis. Awal mulanya yakni pada ribuan tahun yang lalu ( tidak diketahui secara pasti tahun berapa) ulang tahun pertama kali terjadi pada zaman Romawi. Pada zaman tersebut kue dibuat dalam bentuk bulat dengan berbahan dasar tepung, kacang, ragi dan madu sebagai pemanis. Biasanya kue ini akan tersedia pada setiap acara ulang tahun. Pada abad 17 pembuatan kue kurang lebih sama dengan yang sekarang seperti terdapat lapisan atau dekorasi yang indah. Namun diyakini bahwa pada zaman dahulu kue ulang tahun diperuntukan hanya bagi orang kaya. Tetapi pada akhirnya kue ulang boleh dinikmati oleh semua kalangan karena adanya revolusi industri pada bahan-bahan dan peralatan semakin mudah didapat alias terjangkau. Selain kue juga ada lilin. Diketahui bahwa tradisi meletakan lilin di atas kue ulang tahun berkaitan pada zaman yunani awal. Orang Yunani berinisiatif untuk menaruh lilin yang menyala di atas kue ulang tahun agar kue ulang tahun itu menjadi bercahaya seperti bulan.Beberapa ahli percaya bahwa jika asap lilin di kue ulang tahun yang ditiup akan membawa keinginan dan harapan kepada dewa di langit, sehingga dikabulkan.Hal ini pulalah yang menjadi alasan mengapa orang berdoa atau memohon sesuatu sebelum tiup lilin. Ada juga alasan lain yang menjadi landasan orang Yunani kuno melakukan ritual tiup lilin saat ulang tahun yaitu karena begitulah cara untuk menyembah dan menghormati dewi bulan yaitu Artemis. Selain itu, kue berbentuk bulat juga simbol bulan untuk dewi Artemis. Sementara itu, lilin yang dinyalakan merupakan simbol dari cahaya bulan. Untuk asap yang ditimbulkan karena peniupan lilin Orang Yunani percaya bahwa asap tersebut akan mengusir roh-roh jahat yang ada di sekitarnya ( http:// blog.duniamasak.com). Sejarah cikal-bakal adanya kue ulang tahun dan ritual tiup lilin mengingatkan pembaca (kita semua) bahwa kue dan ritual tiup lilin saat moment ulang tahun bukan hanya sebagai pelengkap atau atribut-atribut yang memeriahkan moment ulang tahun. Tetapi melampaui itu kue dan ritual tiup lilin merupakan suatu ritual yang sarat akan makna. Di samping itu praktik ini juga mempunyai hubungan erat antara pribadi yang berulang tahun dan Sang Pemilik kehidupan. Bisa dibayangkan bahwa saat menyuap kue kepada orang terdekat, katakan mama atau bapa atau yang lainnya, perasaan cinta kasih pasti muncul dengan kekuatannya yang amat luar biasa. Itulah tanda kehadiran Allah, Kasih Allah yaitu melalui orang-orang itu. Dengan demikian, maka disaat itulah kita bersatu dengan Allah yang memberikan kesempatan bagi kita untuk boleh merayakan hari kelahiran dan terutama diberi rahmat untuk tetap berziarah di bumi.



 Penulis: Fenan Godin ** F.G **

Tidak ada komentar:

 https://sg.docworkspace.com/d/sAODiyivGj9iyAZv9l-qupxQ